Kamis, 17 Desember 2015

Proses Melahirkan Bayi pertama

Assalamu'alaikum wr.wb

Jadi pingin nulis tentang proses melahirkannya bayi pertama saya (Shakila Qonita Amrullah) setelah membaca blognya mba krshnmr yang ini. Benar-benar membuat terharu dan sedih membacanya..semoga Allah menggantikan kebahagiaan-kebahagiaan lainnya pada keluarga kecil mereka, aammiiiinn.....:,)

13 Juni 2015
Saya dan suami sedang di Bengkulu, dirumah orangtua saya, karena saya ingin kelahiran anak pertama saya bisa di dampingi oleh mama saya dan keluarga dekat. Sudah 2 bulanan saya dirumah, dan suami bolak balik Palembang-Bengkulu untuk nge-cek saya apakah sudah ada tanda-tanda lahiran atau belum.
Pagi itu, suami memutuskan untuk ke Palembang lagi setelah seminggu di Bengkulu. Sebenarnya saya sudah punya firasat akan melahirkan dalam waktu dekat ini (perut sudah terasa sesak dan beberapa kali keluar flek berwarna cokelat seperti lendir), dan sayapun minta dia untuk tetap di Bengkulu dulu. Tapi, dokter bilang prediksi saya melahirkan antara 20-27 Juni 201, mama saya juga bilang setelah keluar lendir cokelat biasanya itu seminggu-an lagi baru melahirkannya, dan juga melihat kondisi perut saya yang belum turun-turun kebawah (kata orang kalo perutnya sudah turun itu baru akan dekat dengan kelahiran baby), akhirnya suami pamit pergi ke Palembang sebentar karena harus mengontrol usahanya. Huaa sedih banget waktu itu, entah kenapa setelah suami berangkat, saya langsung nangis :,(

14 Juni 2015
Hari ini ketika mandi, lendir agak kemerahan keluar, saya sudah takut aja waktu itu, saya fikir ada yang enggak beres dengan rahim saya, saya takut ini yang di sebut pendarahan (awam sekali saya waktu itu :D), tapi berusaha tetap tenang dan melajutkan rencana hari ini, pingin sekali ziarah ke makam nenek, kerumah tante, dan makan bakso langganan yang belum kesampaian dari awal datang. Paginya kami sekeluarga berangkat dan pulang baru sore.  Magrib kami ke masjid dan disana kebetulan ada jamaah yang dokter kandungan, saya cerita tentang keluhan saya, katanya itu alamiah, dan sudah mendekati waktu persalinan, kalau sudah ada gejala keram diperut, pinggang, dan pinggul serta susah tidur, itu sudah mulai proses akan melahirkan". Disitu saya tenang dan agak lega ternyata flek yang keluar tidak berbahaya

pukul 21.00 WIB
Lendir merah pekat keluar lagi dan mulai berubah menjadi warna merah muda. Sudah mulai gelisah tidak bisa tidur. Gerakan bayi-pun sudah semakin kencang (saya tidak tau kalau itu namanya kontraksi, saya fikir hanya tendangan biasa).

Pukul 23.00 WIB
Pinggul dan paha terasa sakit, perut semakin kencang tendangannya, dan badan semua pegal. Benar-benar tidak bisa tidur, miring salah, telentang salah. Semakin lama rasa itu semakin menjadi. Akhirnya saya telfon suami saya, suamipun langsung kaget, karena sebelumnya tidak terlihat tanda-tanda akan melahirkan. Suami meminta saya tidur dengan mama saya biar bisa mengontrol.

disamping itu,
ternyata suami sudah gemetaran dan sangat merasa bersalah karena pulang ke Palembang. Mobil sedang tidak ada dirumah, cari pesawat ke Bengkulu baru ada jam 12.00 dari Jakarta. Seandainya ada mobil saat ini, malam itu juga langsung ke Bengkulu. Tapi, semua sudah kehendak dan jalan Nya Allah, memang harus seperti ini.

Saya ditemani mama, duduk diruang tamu (karena kursinya lumayan empuk untuk di tiduri). Dibuatkan roti dan teh hangat sambil berkata "besok pagi kita ke dokter ya, InsyaAllah ini sudah mau lahiran, jangan cemas dan sedih tidak ada suami, insyAllah ada mama yang nyiapkan semuanya, yang penting jangan sampai ketuban pecah, karena akan berbahaya terhadap janin, pokoknya nana siapkan mental dan tenaga buat melahirkan besok, harus tidur dan makan telur ayam kampung 2 dan madu biar kuat pas ngeden, hehehe,,,,. Mama saya orang yang paling bisa menenangkan saya dalam kondisi apapun, alhamdulillah saya bisa tidur setelah subuh hingga jam 6 pagi.

15 Juni 2015

Pukul 06.00 WIB
Terasa perut muleees seperti diaduk/seperti ombak yang di dorong angin, kekanan dan kekiri, frekuensinya 15 menit sekali. Tapi tetap mejem, biar cukup waktu istirahatnya.

Pukul 06.30 WIB
Nyessssss. Tetiba ada air yang keluar hangat dari dalam. Saya langsung tanya ke mama apakah ini namanya pecah ketuban?
Wajah mama langsung pucat tapi berusaha tetap tenang di hadapan saya. "Iya, enggak papa, yok makan dulu, mandi, langsung dhuha sebentar, baru kita kerumah sakit"

Pukul 07.30 WIB
Kita berangkat ke Rumah Sakit UMMI, Bengkulu bareng dengan papa.
Kontraksinya semakin kuat, beberapa menit sekali. Rumah sakit yang jaraknya tidak seberapa dari rumah, terasa jauuuuh sekali waktu itu :)
Sesampainya di RS. Ummi, saya di bawa ke ruang ICU menggunakan kursi roda.
Didalam, saya diperiksa kesehatan, sambil ditanya pertanyaan yang sangat sulit. bikin emosi saja.
" Nama lengkap suaminya siapa?" - ahmad zaky bla bla bla..(jawab sambil meringis tahan sakit)
" Usianya berapa?" hem...29 tahun
" pekerjaannya?" usaha (jawab singkat)
"tolong yang lengkap mba jawabnya" -hedeeeeeuuu, mba ini lagi sakit banget, mau ngomong aja sakit rasanya.

"mba, awal kehamilannya tanggal berapa kira-kira, ini sudah masuk minggu keberapa?"
"Usia mba berapa?"
"pekerjaan mba apa, dan sudah berapa lama?"
"nama orangtua dan mertua mba?"
"nomer yang bisa dihubungi berapa?"

huaaaa pingin pura-pura pingsan rasanya, biar enggak  banyak tanya, sakit ini mba, hiks hiks hiks..

Pas saya berusaha duduk, justru tidak diperbolehkan, karena ketuban saya sudah pecah, jadi harus tiduran. Jika saya duduk, justru akan semakin banyak ketuban yang akan keluar.

Oke. Fine sampai saat ini.

Jam 09.00 WIB
Setelahnya, saya dibawa ke ruang persalinan, dan di cek ternyata baru pembukaan ke-3 menuju 4. Prediksi susternya saya akan melahirkan magrib paling cepat.
Ya Allah, pingin nangis tapi tidak bisa keluar airmata, karena terlampau rasanya.
Akhirnya saya disuruh tetap tidur tapi jangan sampai ketiduran (gimana coba??) takut senyap katanya. Tidak lama kemudian, suster yang lain datang bawa map panjang persis seperti suster di ICU tadi yang nanya panjang lebar tentang identitas.

Nah, benar sekali, si suster nanya pertanyaan yang sama seperti suster di ICU.
saya bilang " tadi saya sudah di tanya mba, minta sama mba yang di ICU aja datanya"
suster tersebut berkata dengan ramah" oh, beda lagi mba datanya, suster yang disana untuk keperluan data disana, nah saya untuk keperluan data disini, jadi enggak papa ya saya tanya lagi"

Gubrak.

Pura-pura pingsan dan pura-pura lemes bair ga banyak ditanya (Ya ampun, nakalnya saya, sempet-sempetnya ngerjain suster padahal mau melahirkan, hehehe....). Akhirnya mama saya yang jawab semua pertanyaan.

Jam 10.00 WIB
Tak tertahankan lagi rasanya. Sudah tidak kuat. Saya pingin duduk untuk mengurangi rasa sakit atau miring kekiri-kekanan untuk menghilangkan pegal di punggung. Tapi tidak diizinkan.
Ya bayangkan saja, kalau kita sakit perut mules mau pup aja, kita sudah gelisah langsung jongkok jongkok atau lipat-lipat kaki.

Tapi saya?

Tetap harus berbaring.

Saat itu kontraksi setiap 1/2 menit sekali, Dilihat ternyata baru pembukaan 4 menuju 5.

Air ketuban sudah banyak keluar karena saya ngeden setiap kontraksi dirasa.
Disuruhnya jangan ngejan, tapi refleks saja rasanya setiap kontraksi mengejan...:)

Jam 10.30 WIB
Saya sudah tidak kuat, muka saya pucat sekali, dan lunglai. Air ketuban keluar semakin menjadi-jadi membuat saya semakin panik, dan takur bayi saya kekurangan cairan didalam. Akhirnya saya minta tolong telfonkan dokter bagaimana baiknya. Fikiran saya mulai terbesit untuk sesar. Ternyata benar, kondisi ketuban setelah dicek sangaat berkurang jauh, jika akan melahirkan harus menggunakan proses vacuum untuk mendorong bayi keluar. Jujur saya takut jika di vacuum, saya khawatir akan keselamatan bayi saya. Pernah dapat cerita ada yang di vacum, telinga baby-nya sebelah tertinggal di dalam (astagfirullah, naudzubillah) :(

Yah, akhirnya saya memutuskan untuk sesar, dan disetujui oleh mama, papa, dan dokter. Ingin meminta izin pada suami, tapi hapenya tidak aktif karena sedang di pesawat.

Jam 11.00 WIB
Saya masuk ruang operasi, dokterpun mulai menyuntik bagian punggung saya. Saya tidak ingat berapa kali disuntik, mungkin sekitar 15 x suntik bagian punggung. 2x tangan, beberapa di kaki dan perut. Akh, sudah tidak terasa lagi jarum suntik itu, menahan kontraksi. Setelah disuntik, seketika badan tidak terasa apa-apa lagi. Lega rasanya.
Proses sesarpun berlangsung, saya lebih tenang dan santai, dokterpun mengajak bercanda agak saya tidak tegang. Semuanya lancar, alhamdulillah

Jam 11.37 WIB
Terdengar tangisan bayi saya pertama kali. Hanya sekali, Lalu diam.
"Ibu selamat ya, bayinya perempuan" hanya dilihatkan beberapa detik saja, terus dibawa lagi untuk dibersihkan dan diserahkan kepada orangtua saya. Papa saya yang mengadzankan. Sementara saya, menunggu untuk jahitannya ditutup kembali.

Jam 12.00 WIB
Saya keluar dari ruang operasi, badan semua tidak ada rasa karena obat bius masih ada. Mama saya langsung menghampiri saya sambil memberikan ucapan dan menunjukkan bayi kesaya sambil berkata " ini untuk mamah yah, nana bikin lagi besok", hahaha...saya langsung tertawa dan bercanda di kasur dorong dengan mama (padahal kondisinya masih di jalan menuju kamar rumah sakit). Dokter yang melihat saya, langsung menghampiri sambil geleng-geleng "baru kali ini saya lihat pasien pasca operasi bisa ketawa-tawa sambil bercanda bu, seringnya saya lihat lemas dan tidur karena capek pasca operasi".

Sampai di kamar, saya dapat telfon dari suami, dan saya bilang alhamdulillah semua lancar, bayi kita cantik. "cepat kesini, bi". Bermaksud untuk tidak mengkhawatirkan suami dan memang tidak ada yang perlu di khawatirkan juga.

Sembari menunggu, saya yang ditemani bou (adik bungsu papa), mama dan papa saya kerumah untuk ambil perlengkapan bayi (karena belum persiapan sama sekali waktu mau kerumah sakit), sementara papa jemput suami ke bandara. sembari itu, saya makan siang dulu sambil memandangi makhluk mungil ciptaan Allah ini, sungguh luar biasa penciptaannya. Dari setetes mani - segumpal darah -segumpal daging- hingga akhirnya terbentuklah organ-organ tubuhnya. SubhanaAllah. Betapa besar kekuasannya :)

wajah pertama kali dedek shakila setelah di bedong dan dibersihkan
 15 Juni 2015 pukul 11.37 WIB

Jam 13.20 WIB
Suami tiba dan langsung memeluk saya sambil menangis karena merasa bersalah tidak menemani saya. Saya jadi ikutan sedih waktu itu. Tapi semuanya pasti sudah rencana Allah S.W.T walaupun saya tidak tau apa rencananya itu sampai saat ini. Saya tidak mau suami saya merasa bersalah, jadi saya tenangkan bahwa semuanya sudah terjadi dan alhamdulillah lancar.
Akhirnya suami baru lega, dan langsung melihat bayi kami yang ada di box disamping tempat tidur saya. Shakila bayi sedang tidur pulas saat suami mengulang untuk meng-adzankan kembali

Ini foto shakila pagi hari, setelah dimandikan suster, sipit sekali pas lahirnya :)


Alhamdulillah, tidak ada trauma untuk melahirkan dan punya anak lagi. Justru saya merasa bahagia sekali akhirnya bisa menjalani rentetan proses ini.
dan

15 Desember 2015

Alhamdulillaaaaaaaaah, Allah memberi rezeky dan amanah kembali untuk memiliki bayi. Alhamdulillah saya positif hamil kembali. Senang sekali rasanya bisa merasakan step-step kehamilan itu. Saya benar-benar rindu.

Doakan saya mudah-mudahan kehamilan yang ke-2 ini lancar dan diberi kemudahan ya. Calon bayi dan saya diberi kesehatan, Aaammmiiiinnn...

Happy pregnant again...

^_^






Tidak ada komentar:

Posting Komentar